Label

Rabu, 20 September 2017

Melawan Lupa, Patung 'Budak Seks' Dipasang di Bus Kota Seoul

 Patung Perempuan Korea Selatan yang Diperbudak Jepang (AFP PHOTO / JUNG Yeon-Je)

Liputan6.com, Seoul - Gadis berpakaian tradisional hanbok itu duduk diam dengan tangan di atas lutut, matanya menerawang, kakinya yang telanjang menapak lantai bus kota yang melaju di jalanan Kota Seoul, Korea Selatan.
Sosok yang duduk di barisan depan itu bukan manusia, melainkan sebuah patung yang menggambarkan sosok jugun ianfu, para perempuan yang dipaksa jadi budak nafsu tentara Jepang.
Patung itu dipasang oleh perusahaan Dong-A Transit di lima bus, sebagai pengingat akan kekejaman masa perang, di tengah pendudukan Jepang di Semenanjung Korea pada 1910-1945.



Istilah jugun ianfu atau 'wanita penghibur' adalah sebuah eufemisme yang mewakili 200 gadis dan perempuan muda yang dipaksa bekerja di rumah bordil yang didirikan Jepang sebelum dan selama Perang Dunia II berlangsung.
"Patung itu didesain untuk mengingatkan warga Korea Selatan akan penderitaan yang dialami para korban," kata Rim Jin-wook, pimpinan Dong-A Transit seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (17/8/2017).
Wali Kota Seoul, Park Won-soon juga merestui kampanye yang direncanakan akan berlangsung hingga September 2017.
Pak Wali Kota ikut naik dalam bus, duduk di dekat patung tersebut, dan menyentuhnya. "Ini adalah kesempatan untuk memberikan penghormatan pada para korban," kata dia.
Ada yang menganggap penempatan patung tersebut mengurangi fasilitas publik, meski hanya satu bangku. Namun, lebih banyak yang merasa tergugah.
"Sangat menyedihkan melihat patung gadis itu, apalagi dia terlihat seusiaku," kata Jennifer Lee, penumpang bus berusia 19 tahun.
"Tak terbayang apa yang dialami perempuan-perempuan itu. Sungguh menakutkan."
Jepang Meradang
Sementara itu, kritik keras datang dari Jepang, yang mengklaim kemunculan patung tersebut bertentangan dengan semangat perjanjian 2015, yang berkomitmen menyelesaikan permasalahan kontroversial jugun ianfu.
Termasuk dalam kesepakatan tersebut adalah permintaan maaf dari pihak Jepang.
Namun, Tokyo menolak untuk menerima tanggung jawab hukum, mempertahankan posisinya bahwa semua klaim kompensasi diselesaikan lewat perjanjian damai bilateral pada 1965.
Jepang juga berkomitmen menyediakan dana sebesar US$ 9 juta untuk merawat para mantan budak seks yang jumlahnya kian menurun.
Sebagai gantinya, negara-negara tersebut sepakat untuk tidak saling mengkritik soal kasus tersebut di forum internasional.
Hambatan terbesar untuk menerapkan sepenuhnya kesepakatan tersebut adalah permintaan Jepang agar pemerintah Korea Selatan menyingkirkan patung jugun ianfu di seluruh negeri.
Salah satunya yang ada di luar Kedutaan Besar Jepang di Seoul. Patung itu sudah ada di sana sejak 2011.


Patung seukuran manusia, berbahan perunggu itu sempat memicu ketegangan diplomatik Korsel-Jepang.
Para pembuatnya, seniman Kim Seo-kyung dan Kim Eun-sung kepada CNN mengatakan, patung itu diciptakan sebagai penanda demonstrasi ke-1.000 yang dilakukan para korban perbudakan seksual di depan Kedubes Jepang, berlangsung sejak 1992.
Patung serupa juga dipasang di seluruh Korsel, juga di luar negeri, termasuk di Glendale, California, Amerika Serikat. Patung yang didirikan pada 2013 sempat diperkarakan oleh penduduk keturunan Jepang.
Sementara itu, kesepakatan soal jugun ianfu yang dibuat pada 2015 diperkirakan bakal bubar jalan. Sebab, Presiden Korsel Moon Jae-in, yang mantan pengacara hak asasi manusia liberal, berniat menelaah kembali hasilnya.
"Sentimen publik Korea menunjukkan bahwa masyarakat tidak menerima kesepakatan tersebut," kata Moon dalam pembicaraan telepon dengan perdana menteri Jepang, Shinzo Abe.
Di Korea Selatan, jumlah korban perbudakan seksual era penjajahan Jepang atau jugun ianfu tinggal 37 orang. Usia mereka kian sepuh.
Agar penderitaan mereka tak terlupakan, kampanye gencar dilakukan. Selain memasang patung di lima bus kota, ada rencana untuk menjadikan 14 Agustus sebagai hari nasional.
Museum yang didedikasikan untuk para korban juga akan dibuka pada tahun 2020. Korea Selatan tak pernah menganggap jugun ianfu sebagai 'aib'. Para korban harus diperjuangkan haknya. Dan mereka menolak lupa...

sumber : liputan6.com