Label

Jumat, 22 September 2017

Diyakini makam Hitler, pusara dr Poch pernah diteliti Jerman

Pusara diduga makam Hitler. ©2015 Merdeka.com/Moch Andriansyah
Merdeka.com - Misteri makam dr G A Poch, dokter asal Jerman yang dikebumikan di dekat pusara Bung Tomo (Soetomo), tokoh pejuang 10 November 1945 di Surabaya, Jawa Timur, tak hanya membuat penasaran orang Indonesia, tapi juga peneliti luar negeri.

Makam tersebut diyakini tempat peristirahatan terakhir pendiri Partai Nazi di Jerman, Adolf Hitler yang meninggal dalam pelariannya di Indonesia usai Perang Dunia II.

Menurut Dwi Prayitno (37), warga Ngagel, yang juga salah satu penjaga kompleks pemakaman umum (TPU) Ngagel, Tahun 2010 lalu, pusara dr GA Poch itu pernah didatangi peneliti asal Jerman.

"Di Tahun 2010 itu, mereka dua kali datang ke sini ingin membongkar dan meneliti makam dr Poch ini, tapi dilarang. Pertama datang mereka berjumlah lima orang, beberapa minggu kemudian ada tujuh orang membawa tiga mobil," kata Dwi kepada merdeka.com, Kamis (2/4).

Karena gagal membongkar dan meneliti makam dr Poch itu, para peneliti asal Jerman itu kemudian memberi tanda kematian berupa tanggal 16-01-1970.

"Sebelumnya tidak ada tanggal lahir, maupun tanggal wafatnya. Hanya nama dr G A Poch dan blok makam, yaitu CC 258. Kemudian orang-orang Jerman itu ngasih tanggal wafatnya," ucap Dwi.

Dwi, rekan-rekannya penjaga makam maupun warga sekitar, memang meyakini kalau makam yang berada di ujung sebelah barat TPU Ngagel itu, adalah pusara sang Fuhrer.

"Dia (Hitler) itu pernah tinggal di rumah dr Soetomo (tokoh pendiri Budi Utomo) di Surabaya. Kemudian dr Soetomo meninggal duluan. Dr Poch sendiri sempat bekerja di Rumah Sakit Karang Menjangan (sekarang RSUD dr Soetomo), lalu dia sakit dan dirawat di Karang Menjangan lalu dimakamkan di sini (Makam Ngagel)," cerita Dwi.

Diakuinya, dari cerita-cerita yang pernah dia dengar, Hitler dikabarkan mati bunuh diri dalam banker di Berlin, Jerman, kemudian ada yang menyebut meninggal di Argentina, lalu di Brasil dan Amerika Serikat.

"Makam ini (dr Poch) memang diyakini sebagai Hitler, yang ingin menyembunyikan identitasnya. Jangankan nama, makamnya saja ditempatkan di tempat tersembunyi, agar tidak diketahui orang. Kalau yang meninggal orang terkenal dan dimakamkan di sini, selalu ditempatkan di bagian depan. Tapi ini dimakamkan di bagian belakang sendiri."

"Makam ini, juga tidak pernah diziarahi oleh siapapun, keluarganya juga tidak pernah datang ke sini. Kecuali mahasiswa, wartawan dan peneliti yang ingin mengetahui kebenarannya," sambung dia.

Misteri kematian Hitler dan dimakamkan di TPU Ngagel, Surabaya yang berada di belakang bagian barat pusara Bung Tomo ini, terbongkar saat seorang doktor lulusan Universitas Indonesia, dr Sosrohusodo, menulis artikel di Harian Pikiran Rakyat pada Tahun 1983. Saat itu, dia bertugas di kapal yang dijadikan rumah sakit bernama Hope di Sumbawa Besar.

Sosrohusodo menceritakan pertemuannya dengan doktor tua asal Jerman bernama Poch di Pulau Sumbawa Besar di Tahun 1960. Poch adalah pimpinan rumah sakit terbesar di pulau tersebut, yang diyakini sebagai Hitler di masa tuanya.

Sosrohusodo menunjukkan bukti kecurigaannya itu. Dia menyebut, dr Poch yang ditemuinya, tidak bisa berjalan normal. Poch selalu menyeret kaki kirinya ketika berjalan dan tangan kirinya selalu bergetar. Poch juga memiliki kumis vertikal mirip Charlie Chaplin, dan kepalanya gundul.

Kondisi ini diyakini mirip dengan gambaran Hilter di masa tuanya, yang ditemukan di sejumlah buku biografi sang Fuhrer.

Sementara Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sendiri, ketika mendengar informasi ini mengaku bingung dan belum berani memastikannya sebelum meneliti dan mengumpulkan semua dokumen-dokumen yang menyebut bahwa dr Poch adalah Adolf Hitler.