Label

Senin, 02 Oktober 2017

SEJATINE INGSUN – Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu

Neuroplastis Spiritual System
Saat lahir kedunia, kita bisa diibaratkan sebuah komputer canggih tapi masih kongsong. Tanpa program Operating System (OS), tanpa aplikasi apa pun. Siap dibikin dan dibuat untuk apa pun. Bisa untuk pengolah data, desain grafis, editing video, atau hanya sekedar ngetik atau main games.
Pada komputer, langkah awal yang dilakukan adalah menginstall OS. Umumnya yang mayoritas dikenal seperti; Microsoft Windows, Linux, Mac OS (Machintosh), UNIX, dan masih banyak lagi.
Pada manusia OS tersebut semacam pikiran. Cara/pola pikir. Keyakinan atau sistem kepercayaan. OS pada manusia terbentuk dari tradisi, kebudayaan, agama, pola asuh, lingkungan, pengalaman dari; apa yang dibaca, dilihat, dirasa sepanjang hidup.
Pada komputer, OS saja belum cukup. Untuk bisa beroperasional dengan baik sangat tergantung aplikasi pendukung. Seperti; Corel Draw (untuk desain grafis), PhotoShop (editing photo), Microsoft Office (untuk pengolah data, ngetik surat, dll), Movie Maker (editing video) dan masih banyak lagi jenis lainnya.
Pada manusia, aplikasi pendukung tersebut semacam keahlian khusus. Hal ini didapat dari ketertarikan, minat, situasi dan kondisi. Sehingga akhirnya tumbuh dan berkembang sebagai apa. Seperti; tukang, penyanyi, petani, penjahit, penari, penulis, dukun, dokter, pilot dan lain sebagainya.
Jika komputer biasa saja bisa di upgrade atau downgrade, ya manusia juga bahkan bisa lebih dari itu. Dan secara berkala, normalnya ya harus diupgrade agar bisa menyesuaikan perkembangan zaman.
Begitulah deskripsi sederhananya. Tidak sama persis sebenarnya. Manusia lebik kompleks lagi. Namun secara garis besarnya kira-kira begitu.
Sekarang kita fokus pada manusia. Karena tulisan ini memang dikhususnya untuk kita para manusia. Sesuai dengan judul, Sejatine Ingsun atau sejatinya saya. Sejatinya kita manusia.
SIAPAKAH SAYA? SIAPAKAH KITA?
Apakah kita benar-benar mengenal siapa diri kita saat ini?
Oh... saya penulis, saya wartawan, saya dokter, saya seorang bapak, saya seorang ibu rumah tangga, saya PKS... eh, maksudnya saya PSK, Saya pejabat, saya jagoan, saya penjahat, saya penari, penyanyi, dan lain sebagainya.
Oh.. saya orang India, Saya orang China, Saya orang Arab, Saya orang Indonesia, Amerika, Africa, Myanmar, Irak, Oh.. saya Indian, Saya dayak, saya Jawa, saya, Sunda, saya Melayu, dan lain sebagainya.
Oh... Saya Muslim, Saya Kristen, Saya Budha, Saya Hindu, Saya Shinto, Saya Agonistik, Saya Atheis, Saya Kejawen, Saya Sunda Wiwitan, Saya Kampret, Saya Kecebong, dan lain sebagainya.
Saya orang kaya, saya orang miskin, saya orang sukses, saya orang depresi, saya orang terpuruk, saya ah.. sudahlah...
Jika itu, berarti kita adalah produk pikiran. Yang terbentuk oleh tradisi, kebudayaan, agama, pola asuh, lingkungan, pengalaman dari; apa yang dibaca, dilihat, dirasa sepanjang hidup. Terbentuk oleh situasi kondisi, tempat, waktu, zaman dan lainnya.
Dan biasanya, kita cenderung tenggelam oleh itu. Terserap oleh itu. Merasa sebagai itu.
Kita merasa diri kita sebagai OS. Merasa sebagai; Windows, Linux, Mac OS (Machintosh), UNIX, atau lainnya. Bahkan ironisnya, merasa sebagai aplikasi-aplikasi yang terinstall dalam pikiran kita. Merasa sebagai Corel Draw, PhotoShop, Movie Maker, MS Office, atau lainya.
Ya kita tenggelam dalam berbagai program dan aplikasi. Bahkan tidak sedikit yang tenggelam sebagai virus yang juga terekam dalam pikiran kita.
Dan, lupa bahwa kita itu komputer yang maha canggih tadi. Lupa dengan sejatinya diri. ALIAS TIDAK SADAR. Sederhana tapi bukan perkara gampang untuk menyadarinya.
SEJATINE INGSUN, SEJATINYA DIRI, ITU - YA KITA SADAR BAHWA KITA BUKAN PRODUK PIKIRAN. BUKAN APLIKASI YANG TERINSTALL DALAM PIKIRAN. BAHKAN KITA TAHU KITA BUKAN PRODUK DARI KEYAKINAN YANG TEREKAM DALAM PIKIRAN KITA.
Kita bisa lahir dimana saja, dalam kondisi apa saja, pada waktu kapan saja, dalam lingkungan yang bagaimana pun saja, tapi kita sadar bahwa kita sang komputer maha canggih. KESADARAN itu lah sejatinya kita.